materialisme historis (2)
(dari :Ernest Mandel, Introduction to Marxism, chapter 17)
1. Produksi Manusia dan Komunikasi Manusia
Manusia adalah binatang yang unik baik karena kualitas fisiknya maupun karena kelemahan fisiknya. Disatu sisi manusia memiliki posisi berdiri yang tegak, tangan dengan sebuah jempol yang bebas dan fleksibel, mata menonjol yang dapat melihat secara jauh dan mendalam, lidah, tenggorokan dan pita suara yang memungkinkannya mengeluarkan berbagai bunyi-bunyian secara terpisah maupun secara terpadu, kulit otak yang sudah tinggi perkembangannya, cuping otak yang menonjol keluar dan belitan-belitan serebral, selubung batok kepala, dan permukaan wajah yang menyusut, yang memungkinkan semua perkembangan ini. Semua kualitas fisik ini tak pelak berguna bagi pembuatan alat-alat secara tekun dan hati-hati. Kualitas fisik ini telah secara progresif disempurnakan segera bersama dengan disempurnakannya alat-alat dan kerja produktif.
Di sisi lain, sebagian besar pikiran dan organ-organ manusia kurang berkembang ketimbang pikiran dan organ spesies binatang lain yang sudah tinggi spesialisasinya. Ketika dipaksa turun dari pohon, barangkali ini karena perubahan iklim, dan hidup dengan berbagai makanan di padang rumput, manusia primitif tidak bisa bertahan menghadapi binatang carnivora dengan berlari seperti kijang, atau memanjat seperti simpanse, terbang jauh seperti burung atau bergantung pada kekuatan fisiknya seperti kerbau atau gorila. Dengan karakter fisik macam ini, manusia primitif tak bisa bergantung pada bahan-bahan makanan yang paling memikat hatinya: binatang memamah biak yang tak terhitung banyaknya yang juga hidup di padang rumput. Lebih dari itu semua, manusia yang baru lahir secara khusus adalah janin di luar kandungan yang lemah dan tak mandiri, yang sepenuhnya tergantung pada ibu-ibu di sekumpulannya (posisi tegak berdiri, yang menyempitkan tulang panggul perempuan, jelas telah membantu terbentuknya ciri prematur pada kelahiran manusia).
Kemungkinan organisasi sosial serta kebutuhan organisasi sosial berakar pada perpaduan antara kelebihan dan kekurangan tersebut. Manusia tidak dapat bertahan hidup atau bisa menjamin subsistensinya secara individual tanpa bekerja-sama dengan anggota lain dalam spesiesnya. Organ-organ fisiknya terlalu sedikit berkembang untuk membuat mereka bisa memperoleh bahan makanan secara langsung. Manusia harus memproduksi bahan makanan ini secara kolektif, dengan bantuan alat, untuk bisa mempertahankan dan menyempurnakan organ-organnya. Produksi ini dijamin melalui tindakan komunal oleh sekelompok manusia. Bayi manusia diintegrasikan ke dalam kelompok dan belajar tentang aturan-aturan dan teknik-teknik bertahan hidup sebagai anggota kelompok melalui sosialisasi yang maju.
Organisasi sosial manusia dan sosialisasi bayi-bayi manusia menuntut adanya bentuk komunikasi diantara anggota-anggota kelompokyang yang secara kualitatif lebih superior dari bentuk komunikasi diantara spesies binatang lainnya. Bentuk bahasa yang lebih superior ini, yang berkaitan dengan perkembangan kulit otak, memungkinkan pertumbuhan kapasitas abstraksi dan belajar --yaitu, konservasi, transmisi dan akumulasi pelajaran-pelajaran dari pengalaman. Bentuk superior ini juga memungkinkan diproduksinya konsep-konsep, pikiran, kesadaran. Disini, ciri-ciri kemanusiaan yang berbeda-beda tersebut --yang adalah 'sifat antropologis' kita--berkait erat satu sama lain. Jadi karena mereka adalah 'kera telanjang yang berjalan dengan posisi berdiri tegak', karena mereka adalah janin di luar kandungan saat mereka lahir, maka mereka harus menjadi pembuat alat terrencana, binatang sosial yang mengembangkan bahasa, yang menyimpan kesan-kesan dan bayangan-bayangan berturut-turut, mampu menggunakan dan menyempurnakan diri untuk tujuan-tujuan praktis, mampu belajar, mengantisipasi, berpikir, mengabstraksi, menggunakan imajinasi dan rekaan.
Interaksi, perpaduan dari ciri-ciri ini bersifat menentukan. Ada primata seperti manusia yang menggunakan alat-alat dan bahkan kadang-kadang melampaui tingkat perkembangan elementer mereka yang biasanya. Ada beberapa spesies yang bisa tahu bentuk-bentuk kerja sama kolektif secara instingtif. Dan masih ada banyak spesies, yang tampak punya bentuk komunikasi elementer. Tapi spesies manusia adalah satu-satunya yang secara progresif membuat alat-alat dengan cara yang lebih terencana, menyempurnakannya setelah mereka dapat dipahami dengan cara yang sadar, berdasarkan pengalaman berturut-turut, yang juga dialihkan ke pihak lain sebagai hasil dari makin dan makin banyak dan sempurnanya komunikasi. Perkembangan alat-alat membebaskan mulut. Mulut menyempurnakan bahasa dan kemampuan abstraksi, yang pada gilirannya memungkinkan alat-alat diperbaiki dan alat-alat baru ditemukan. Tangan mengembangkan otak, yang dengan memperbaiki penggunaan tangan bisa menciptakan kondisi-kondisi bagi perbaikan otak itu sendiri.
Meskipun transformasi primata anthropoid menjadi manusia dikondisikan oleh keberadaan suatu infrastruktur anatomis dan neurologis, tapi transformasi itu tidak bisa dipandang semata karena infrastruktur ini. Dialektika 'produksi/komunikasi' menciptakan kemungkinan perkembangan tak terbatas dalam menghasilkan, menemukan dan menyempurnakan alat-alat dan karenanya dalam produksi manusia, menciptakan kemungkinan perkembangan tanpa batas dalam pengalaman manusia, belajar dan mengantisipasi dan karenanya memungkinkan kekenyalan dan adaptabilitas spesies manusia tanpa batas secara praktis. Masyarakat material dan budaya manusia merupakan sifat kedua dari transformasi tersebut.
Dengan pemahaman ini maka absurd jika menyatakan bahwa tiap lembaga sosial (hilangnya ketidaksamaan sosial atau tiadanya negara, lenyapnya pemilikan pribadi) berarti 'bertentangan dengan sifat manusia'. Manusia telah hidup dan dapat hidup dalam kondisi-kondisi yang paling berbeda-beda. Tak satupun dari lembaga-lembaga ini terbukti merupakan suatu prakondisi absolut dan abadi bagi kelangsungan hidup manusia. Tiap penegasan yang menyatakan bahwa 'insting agresif' itu menentukan evolusi manusia telah mengacaukan antara kecenderungan itu sendiri (lebih jauh yang ada bersama-sama dengan negasinya sendiri --insting bergaul dan bekerjasama) dengan realisasi dari kecenderungan itu. Pra-sejarah dan sejarah menunjukan bahwa lembaga-lembaga dan kondisi sosial yang memungkinkan kita mengikuti dan mengendalikan kecenderungan ini, tapi, bertentangan dengan ini, memang ada hal lain yang mendesak munculnya kecenderungan dalam bentuk yang tidak diharapkan.
Dialektika 'produksi/komunikasi' menguasai seluruh kondisi manusia. Segala sesuatu pada orang-orang dilakukan 'dengan melewati kepalanya'. Produksi manusia itu berbeda dari cara binatang memperoleh makanan terutama karena kegiatan itu tidak merupakan kegiatan yang murni instingtif. Secara umum, kegiatannya merupakan realisasi sebuah 'rencana' yang pertama tumbuh di kepala manusia. Tentu saja, 'rencana' ini bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Rencana itu adalah reproduksi atau pemaduan kembali oleh otak manusia, elemen-elemen dan masalah-masalah dalam kegiatan mereka itu yang memang tak terhindarkan pada kelangsungan hidup manusia, yang telah dialami dan diserap oleh otak beribu-ribu kali dalam pengalaman hidup. Tapi di sisi lain, kemampuan untuk memadukan kembali konsep-konsep yang pada akhirnya lahir dari praksis sosial memungkinkan kkemanusiaan untuk menemukan, mengantisipasi, membayangkan perubahan-perubahan di alam dan masyarakat yang tidak terjadi sebelumnya, yang hanya hipotetis sifatnya dan yang paling tidak sebagian akan diwujudkan karena kegiatan antisipasi ini. Materialisme historis adalah ilmu masyarakat manusia yang pada dasarnya mencoba memperhatikan dan menerangkan dialektika produksi/komunikasi ini.
2. Basis Sosial dan Superstruktur
Tiap masyarakat manusia harus menghasilkan supaya tetap hidup. Produksi subsistensi --dalam pengertian luas atau sempit, yaitu sekedar pemuasan kebutuhan makan maupun pemuasan seluruh kebutuhan yang diakui secara sosial--dan pembuatan perangkat serta benda-benda kerja yang dibutuhkan untuk produksi ini merupakan kondisi awal bagi tiap organisasi atau aktivitas sosial yang lebih kompleks.
Materialisme historis menyatakan bahwa cara manusia mengorganisir produksi materialnya merupakan dasar dari seluruh organisasi sosial. Dasar ini pada gilirannya menentukan semua kegiatan sosial lainnya --pengaturan hubungan antara kelompok manusia (terutama muncul dan berkembangnya negara), pengaturan produksi spiritual, moral, hukum, agama, dsb. Apa yang umum disebut kegiatan superstruktur ini dalam satu atau lain cara, selalu tetap mengacu pada base.
Gagasan ini telah menggemparkan dan masih menggemparkan banyak orang. Puisi Homer, kita injil, quran, prinsip hukum Romawi, drama Shakespeare, lukisan Michaelangelo, pernyataan Hak asasi manusia, bahkan communist manifesto itu sendiri --dapatkah semua produk usaha spiritual ini benar-benar telah tergantung pada cara orang-orang masa kini mengolah lahan mereka dan menenun pakaian mereka? Untuk memahami prinsip materialisme historis kita harus mulai justru dengan menerangkan apa yang kita maksud dengan rumusan itu, materialisme historis.
Materialisme historis tidak lain menegaskan bahwa produksi material ('faktor ekonomi') secara langsung dan segera menentukan isi dan bentuk apa yang semua menyebut sebagai kegiatan superstruktur. Lebih lagi, basis sosial tidak sekedar semacam aktivitas produksi, bahkan 'produksi material'nya tidak terisolasi. Yang dibentuk orang dalam produksi kehidupan material mereka adalah hubungan sosial. Sebenarnya materialisme historis bukan determinisme ekonomik tetapi determinisme sosio-ekonomik.
Kegiatan-kegiatan di tingkat superstruktural tidak sesegera itu tumbuh dari hubungan sosial produksi ini. Hanya pada akhirnya saja mereka ditentukan oleh hubungan sosial produksi. Serangkaian perantara karenanya ikut campur mengantarai dua tingkat kegiatan sosial itu. Ini yang akan kita uji secara singkat pada bagian tiga bab ini.
Sehingga, jika pada akhirnya basis sosial itu menentukan fenomena dan kegiatan di tingkat superstruktur, maka superstruktur ini dapat juga melakukan tindakan kembali pada basis. Satu gambaran akan ditunjukan disini. Negara selalu memiliki watak kelas yang tepat dan berhubungan dengan basis sosio-ekonomi tertentu. Tapi negara untuk sebagian bisa memodifikasi basis itu. Jika selama beberapa abad menyelamatkan kebangsawanan feodal dari kehancuran ekonomik tertentu dilakukan dengan mengeruk pajak dari kelas-kelas sosial lain, maka itu berarti negara monarki absolut (dari abad 16-sampai abad 18 di Eropa) dengan penuh kuasa telah membantu digantikannya mode produksi feodal dengan mode produksi kapitalis dengan cara mengembangkan merkantilisme, kolonialisme, mendorong manfaktur dan sistem moneter nasional, dsb.
Ada beberapa alasan mengapa kegiatan-kegiatan di tingkat superstruktur pada akhirnya ditentukan oleh basis sosialnya. Mereka yang mengontrol produksi material dan produksi surplus sosial juga menjamin kelangsungan mereka yang hidup dari produk surplus sosial. Apakah ideolog, seniman dan ilmuwan itu menerima atau menolak ketergantungan tersebut, tapi produksi surplus masih menentukan kerangka kegiatan mereka. Hubungan sosial produksi karenanya mengandung konsekuensi-konsekuensi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kegiatan di lingkaran superstruktural, yang juga merupakan suatu pengkondisian. Hubungan produksi dipersatukan oleh bentuk-bentuk komunikasi yang dominan di masing-masing masyarakat, yang mendorong tampilnya struktur mental dominan yang mengkondisi bentuk-bentuk berpikir dan penciptaan artistik.
3. Produksi Material dan Produksi Pikiran
Dialektika basis sosial/superstruktur sosial mempengaruhi hubungan produksi material dan produksi pikiran. Suatu studi yang lebih detil mengenai hubungan tersebut akan memungkinkan kita memahami lebih baik kompleksitas dari dialektika ini dan juga memungkinkan kita menegaskan pentingnya elemen aktif dari dialektika itu, suatu elemen yang akan dibicarakan pada akhir bab ini.
Materialisme historis mengatakan bahwa hubungan produksi merupakan basis dari seluruh masyarakat, yang padanya berdiri superstruktur. Sebenarnya, dua tingkat ini mempermasalahkan dua bentuk aktivitas sosial yang berbeda. Produksi material adalah obyek fundamental aktivitas di tingkat basis sosial. Produksi ideologis (filsafat, agama, peradilan, politik, dsb) adalah obyek fundamental aktivitas di tingkat superstruktur sosial. Sudah tentu, kegiatan yang terakhir ini juga meliputi kegiatan aparatur negara, yang kegiatannya terlalu jauh untuk bisa sekedar ditempatkan dalam wilayah ideologis (masalah negara dikemukakan di bab 3). Tapi, dengan mengecualikan ini, perbedaan yang telah kita buat tampaknya berkait satu sama lain.
Materialisme historis menyodorkan suatu penjelasan mengenai evolusi masing-masing lingkaran kegiatan ini, mengenai saling ketergantungannya dan hubungan timbal-baliknya. Penjelasan ini menggabungkan empat tingkat:
a. Semua produksi pikiran dalam satu atau lain cara berkait dengan proses kerja material. Produksi ini selalu beroperasi serentak bersama infrastruktur materialnya sendiri. Beberapa hasil seni awal mulanya adalah hasil langsung kerja material (fungsi magis dari lukisan primitif; asal muasal tarian yang merupakan formalisasi gerak berproduksi; masuknya lagu-lagu ke dalam kegiatan produksi; dsb). Revolusi teknologi secara mendalam mempengaruhi produksi ideologis, ilmu pengetahuan, seni. Ilmu pengetahuan seperti geometri, astronomi, hidrografi, biologi dan kimia berkembang dalam hubungan yang erat dengan irigasi di pertanian, pengembangan pemeliharaan ternak, dan perkembangan metalurgi. Sesudah penemuan teknik percetakan di abad 15 dan radio serta televisi di abad 20, teknik-teknik ini secara mendalam telah mengkondisikan kembali tidak hanya penyebaran gagasan belaka tapi lebih jauh adalah bentuk-bentuk gagasan itu sendiri, berikut beberapa hal yang terkandung dalam gagasan itu. Pengaruh komputer elektronik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam waktu 30 tahun ini adalah faktanya.
b. Semua produksi pikiran bergerak maju mengikuti sebuah dialektika internal yang sesuai dengan sejarahnya sendiri. Setiap filosof, pengacara, pendeta atau ilmuwan mulai dengan sebagai seorang murid. Melalui studi mereka, mereka menggunakan berbagai tingkat konsep-konsep (atau sistem konsep-konsep) yang diproduksi oleh generasi sebelumnya dan diwariskan ke generasi berikutnya. Para penghasil pikiran memperlakukan dengan hati-hati, merubah disana-sini, menyesuaikan atau merombak konsep-konsep atau hipotesis dari suatu kerja, sesuai dengan prosedur produksi yang mereka ambil atau mereka temukan dalam kerangka dialektik yang sesuai dengan kegiatan mereka. Tiap generasi baru selalu mencoba menggunakan, memperdalam atau bahkan menolak jawaban atas persoalan yang muncul dari subyek yang menjadi perhatian mereka. Kadang-kadang mereka menemukan persoalan baru (yang kemudian menuntut suatu jawaban 'revolusioner': revolusi yang filosofis, artistik, ilmiah, dsb) atau mengemukakan kembali persoalan yang sudah dibuang oleh generasi sebelumnya.
c. Tapi perubahan-perubahan dalam memperlakukan konsep, bentuk-bentuk keindahan, hipotesa ilmiah, tidak terjadi dengan cara yang ngawur, apapun kondisi sosio-historisnya. Perubahan itu didorong, dikondisikan atau yang paling akhir dimajukan oleh kebutuhan dan konteks sosio-ekonomik. Evolusi dari animisme ke monoteisme tidak terjadi di suatu komunitas primitif kecil yang kegiatan produksinya terbatas pada berburu dan mengumpulkan bahan makanan. Teori ilmiah tentang nilai kerja tidak bisa disempurnakan sebelum munculnya kapitalisme modern. Perkembangan fisika mekanik erat berkait dengan perkembangan mesin-mesin, yang kemudian berkait dengan kebutuhan sosial yang khusus, dsb.
Transformasi besar dalam produksi pikiran ini juga berkait dengan struktur mental khusus yang telah ditentukan oleh struktur sosialnya. Jadi bukan karena kebetulan maka semua usaha besar revolusi sosial dan politik di abad 13 sampai 17 diekspresikan dalam bentuk ideologis perjuangan agama, yang membuat agama mencapai tempat utama dalam superstruktur masyarakat feodal. Dengan jalan yang sama, sejak pertengahan kedua abad 16 dan selanjutnya, bangkitnya borjuis moderen menciptakan struktur mental yang menempatkan otonomi individual, persamaan kedudukan secara resmi dan persaingan pemilikan pribadi komoditi ke dalam semua wilayah produksi pikiran (teori hak-hak alamiah, konsep pendidikan humanis, filsafat idealis Jerman, cetak gambar dan lukisan sesuatu yang masih hidup, liberalisme politik, ekonomi politik klassik, dsb.)
d. Evolusi produksi spiritual itu akhirnya ditentukan oleh pertikaian antara kepentingan-kepentingan sosial. Sudah menjadi fakta umum dikenal bahwa karya-karya ensiklopedis, polemik-polemik Voltaire, filsafat Jean-Jacques Rousseau dan karya-karya kaum materialis abad 18 telah menjadi senjata bagi borjuis manufaktur yang tengah tumbuh untuk digunakan melawan monarki absolut yang dekaden dan sisa-sisa masyarakat feodal yang sudah usang. Fungsi yang dimainkan oleh sosialis yang biasa disebut sosialis utopia, dan oleh Marx dan Engels, dalam mengembangkan kesadaran proletariat yang berasal dari sifat kelasnya, dari posisinya dan tugas-tugasnya dalam hubungannya dengan masyarakat borjuis, dan kepentingannya untuk melenyapkan masyarakat borjuis, adalah juga faktanya. Bahkan saat ini, orang tidak dapat ragu lagi pada fungsi astrologi, agama-agama tertentu dan sekte-sekte mistik, filsafat yang memuja ketidak rasionalan, doktrin-dooktrin rasiallis, atau paham 'darah dan tanah' (Blut und Boden) dan memandang hina pada humanitas, sebagai bentuk anti kelas pekerja dan pengacauan kontra-revolusi yang menguntungkan bagi kelahiran iklim pra-fasis.
Pernyataan tersebut diatas tidak mengakibatkan munculnya gagasan tentang adanya "persekongkolan terorganisir' antara kelas-kelas sosial yang berbeda dengan para penghasil pikiran sebagai individual, atau gagasan tentang adanya keterlibatan terencana sebagian penghasil pikiran ini yang menyusun proyek-proyek politik dengan gamblang. Kesemua itu merefleksikan suatu korelasi obyektif yang dapat, dan kadang-kadan secara subyektif dianggap, ada hubungan langsung meskipun ini tidak harus kasuistis. Penghasil pikiran dapat menjadi alat kekuatan sosial tanpa tahu atau menginginkannya. Keadaan hanya menegaskan bahwa eksistensi sosial lah yang menentukan kesadaran, dan bahwa kepentingan kelas yang ada itulah yang menugaskan fungsi-fungsi tertentu dari ideologi tertentu dalam struktur dan evolusi tiap masyarakat.
4. Kekuatan produktif, hubungan sosial produksi dan mode produksi
Tiap manusia-pembuat produk adalah hasil perpaduan tiga elemen: obyek kerja, langsung atau tidak adalah bahan mentah yang dihasilkan alam; instrumen kerja, adalah alat produksi yang diciptakan manusia apapun tingkat perkembangannya (dari penggunaan tongkat kayu pertama dan batu yang diasah sampai mesin-mesin otomatis yang paling canggih saat ini); subyek kerja --yaitu, produser. Karena dalam mengulas, akhirnya kerja selalu sosial, maka subyek kerja tak terelakan masuk ke dalam hubungan sosial produksi.
Tapi meski obyek kerja dan instrumen kerja adalah elemen-elemn yang tak terhindarkan di semua produksi, hubungan sosial produksi tidak dapat dipahami dalam bentuknya yang 'nyata' --, hubungan ini tidak seharusnya dilihat sebagai hubungan antara benda-benda, atau antara orang dengan benda. Hubungan sosial produksi mempersoalkan hubungan diantara orang-orang, dan hanya hubungan antar orang. Hubungan sosial produksi menyeret keseluruhan hubungan yang dibangun orang di antara mereka sendiri dalam produksi kehidupan material mereka. 'Keseluruhan hubungan' tidak hanya berarti hubungan 'menjelang produksi', tapi juga hubungan yang ada dalam sirkulasi dan pembagian berbagai elemen produk sosial yang tak terhindarkan berkait dengan produksi material (khususnya cara dimana obyek kerja dan instrumen kerja sampai di tangan produser langsung, cara dimana para produser itu mengatasi subsistensinya, dsb.)
Secara umum, hubungan produksi yang ada berkait pada tingkat perkembangan kekuatan produktif yang ada, pada pencanggihan (jumlah) alat produksi yang ada, pada teknik dan organisasi kerja yang ada. Di jaman alat-alat batu yang paling sederhana, maka sukar sekali mempertahankan komunisme primitif dari suatu kumpulan atau suku. Pertanian berbasis irigasi dengan bantuan alat-alat besi telah menciptakan surplus produksi luar biasa dan permanen yang memungkinkan tumbuhnya masyarakat berkelas (masyarakat perbudakan, masyarakat yang didasarkan pada mode produksi asiatik, dsb). Pertanian didasarkan pada rotasi tanaman tiga tahun sekali menciptakan pondasi material masyarakat feodal. Lahirnya mesin uap dengan pasti menjamin bangkitnya kapitalisme industrial moderen. Sukar membayangkan terjadinya otomatisasi yang meluas tanpa mengenyahkan produksi komoditi dan ekonomi uang di luar bentuk masyarakat sosialis yang mantap dan berkembang penuh.
Tapi kalau ada keterkaitan umum antara tingkat perkembangan kekuatan produktif dan hubungan sosial produksi, maka sifat kaitan ini tidak absolut maupun permanen. Ketidaksesuaian ganda antara mereka bisa terjadi. Hubungan produksi yang ada bisa menjadi penghalang bagi pertumbuhan lebih lanjut kekuatan produksi: ini adalah pertanda paling gamblang bahwa bentuk sosial yang ada terpaksa lenyap. Di sisi lain, hubungan produksi baru yang muncul hasil kemenangan revolusi sosial dapat memajukan tingkat perkembangan kekuatan produktif yang telah dicapai di negara tersebut. Ini adalah kasus kemenangan revolusi borjuis di Nederland abad 16 dan kemenangan revolusi sosialis di Rusia bulan Oktober 1917.
Bukanlah kebetulan karena ada peluang jika dua kasus ketidaksesuaian yang prinsipal itu memiliki pengaruh lanjutan pada periode historis kebangkitan sosial yang mendalam: periode revolusi sosial. Lebih jauh lagi, ketidaksesuaian dapat juga mengakibatkan kemerosotan terus menerus kerajaan Romawi di barat dan merosotnya kekalifahan oriental dari Timur Tengah.
Dari pada melihat saling keterkaitan mereka dalam suatu hubungan mekanik, maka dalam banyak hal dialektika antara kekuatan produktif dan hubungan sosial produksi lebih menentukan pergantian jaman-jaman besar dalam sejarah manusia. Tiap mode produksi melalui fase-fase berturutan, kelahiran, pertumbuhan, pematangan, kemerosotan, kejatuhan dan lenyap. Dalam mengulas akhirnya fase-fase ini tergantung pada cara dimana hubungan produksi, yang awalnya baru, kemudian mengkonsolidasi, kemudian dalam suatu krisis, secara progresif menguntungkan, memungkinkan atau menghalangi pertumbuhan kekuatan produktif. Artikulasi antara dialektika ini dan perjuangan kelas ada faktanya. Hanya melalui aksi sebuah atau beberapa kelas sosial maka seperangkat hubungan produksi yang ada bisa diperkenalkan, dirubah atau dibuang.
Tiap formasi sosial, yaitu tiap masyarakat di dalam sebuah negara, dalam suatu jaman, selalu dicirikan oleh totalitas hubungan produksi. Sebuah formasi sosial tanpa hubungan produksi dapat menjadi sebuah negara tanpa pekerja, produksi atau subsistensi --yaitu negara tanpa penduduk. Tapi tiap totalitas hubungan sosial produksi tidak segera mengakibatkan tampilnya keberadaan mode produksi yang stabil atau homogennya hubungan sosial produksi ini.
Mode produksi yang stabil adalah totalitas hubungan produksi yang direproduksi kurang lebih secara otomatis oleh berfungsinya ekonomi secara aktual, oleh pola normal reproduksi kekuatan produksi, bersama suatu peran faktor-faktor tertentu yang saling berkait (kurang lebih penting) dari superstruktur sosial. Ini adalah kasus yang berabad-abad terjadi di banyak negara dengan mode produksi asiatik, perbudakan, feodal dan kaitalis. Ini adalah kasus yang beribu-ribu tahun terjadi pada mode produksi komunis kesukuan. Artinnya, sebuah mode produksi adalah struktur yang tidak dapat secara fundamental dirubah oleh evolusi, penyesuaian atau reformasi secara sendiri. Logika internalnya hanya dapat dilampaui jika mode produksi itu dienyahkan.
Sebaliknya, dalam periode pergolakan sosial historis yang dalam, seseorang bisa mengalami sejumlah total hubungan produksi yang tidak memiliki sifat mode produksi yang mantap. Contoh tipikal dari ini adalah jaman ketika produksi komoditi kecil menguasai (abad 15 dan 16 di negara daerah rendah, Italia utara dan kemudian di Inggris). Saat itu hubungan yang tampak adalah bukan antara tuan tanah dan hamba-hamba, tidak juga antara kapitalis dan produser pencari upah, tetapi adalah antara produser-produser bebas yang punya jangkauan langsung pada alat produksi mereka. Keadaan ini sama ciri-cirinya dengan hubungan produksi negara pekerja terbirokratisasi saat ini. Baik dalam sebuah kasus maupun lain kasus, tak seorang pun bisa menunjukan keberadaan sebuah mode produksi yang sudah mantap. Di semua masyarakat dalam fase transisional ini, hubungan sosial produksi yang bercampur-baur ini bukan sutau struktur yang bisa mereproduksi dirinya sendiri kurang lebih secara otomatis. Hubungan sosial ini bisa mengakibatkan terbangunnya kembali masyarakat lama maupun munnculnya mode produksi yang baru. Pilihan-pilihan yang historis ini dibangun oleh sejumlah faktor, terutama oleh faktor memadai atau tidaknya pertumbuhan kekuatan produksi, hasil dari perjuangan kelas di suatu negeri dan di tingkat internasional, faktor permanian elemen superstruktural dan subyektif (peran negara, partai, tingkat kesiapan berperang dan kesadaran kelas revolusioner, dsb.)
Di sisi lain, bahkan ketika mode produksi yang sudah stabil itu ada, hubungan produksinya tidak serta merta homogen. Bahkan hampir ini tidak pernah terjadi. Dalam tiap formasi sosial kongkrit, selalu ada perpaduan antara hubungan produksi dominan dari mode produksi yang berlaku dengan sisa-sisa hubungan produksi sebelumnya yang tidak seluruhnya terserap, yang secara historis telah bertahan sejak dulu kala. Misalnya, secara praktis, semua negara-negara imperialis masih mengandung sisa-sisa produksi komoditi kecil dalam pertaniannya (petani pemilik kecil, yang bekerja tanpa kerja mencari upah) dan bahkan sisa-sisa hubungan produksi semi feodal (bagi hasil). Dalam kasus tersebut bicara tentang mode produksi yang mantap akan jadi benar kalau dominannya ciri-ciri hubungan produksi dari mode produksi itu begitu rupa sehingga bisa menjamin reproduksinya secara otomatis dan dominasinya atas seluruh kehidupan ekonomi melalui logika internal dan hukum perkembangan mereka.
Contoh ciri-ciri hubungan produksi yang bercampur-baur tapi didominasi oleh satu mode produksi yang hegemonik adalah pada apa yang umum disebut formasi sosial 'dunia ketiga' (untuk masalah negara terbelakang lihat bab 7). Disini hubungan produksi pra-kapitalis, semi kapitalis dan kapitalis saling berdampingan, berpadu dalam satu cara yang telah tertentu dibawah tekanan struktur imperialis ekonomi internasional. Di samping mendominasinya modal, dan disamping peleburan ke dalam sistem imperialis, hubungan produksi kapitalis (terutama, hubungan 'upah kerja-kapital') tidak menjadi sesuatu yang umum, meskipun hubungan produksi itu ada dan secara perlahan memperluas diri. Tapi fakta ini tidak membenarkan usaha memberi ciri pada formasi sosial ini sebagai 'negara feodal', maupun memasukan pengertian bahwa hubungan produksi feodal atau semi feodal mendominasi di dalamnya. Ini adalah kesalahan teoritis yang dilakukan oleh banyak teoritisi sosial demokratik, Stalinis dan Maois.
5. Determinisme historis dan praktek revolusioner
Materialisme historis adalah sebuah doktrin yang determinis. Tesis fundamental doktrin ini menegaskan bahwa keberadaan sosiallah yang menentukan kesadaran sosial. Sejarah masyarakat manusia itu bisa dijelaskan. Gerak sejarahnya tidak terjadi dengan ngawur dan seenaknya. Terbentangnya sejarah masyarakat manusia tidak tergantung pada kehendak gerak genetik yang tak dapat diramalkan sebelumnya atau pada kehendak 'manusia mulia' di tengah kaum awam yang tercerai-berai. Dalam mengulasnya akhirnya sejarah masyarakat manusia dijelaskan oleh struktur fundamental masyarakat di masing-masing jaman dan oleh kontradiksi mendasar dari struktur tersebut. Sebab sepanjang masyarakat dibagi dalam kelas-kelas, maka sejarah masyarakat dijelaskan oleh perjuangan kelas.
Meskipun materialisme historis itu adalah sebuah doktrin yang determinis, tapi ini berlaku dalam pengertian yang dialektis dan tidak mekanistik. Marxisme mengeluarkan unsur fatalisme. Lebih tepatnya: tiap usaha merubah Marxisme menjadi fatalisme otomatis atau evolusionisme vulgar berarti mengesampingkan dimensi fundamental dari materialisme historis.
Sudah barang tentu pilihan-pilihan manusia itu ditentukan sebelumnya oleh batasan material dan sosial dimana ia tak dapat lari dari itu. Tapi tetap dalam kerangka batasan tersebut manusia masih dapat mendesakkan nasibnya sendiri. Manusia membuat sejarahnya sendiri. Jika manusia adalah produk dari kondisi material yang ada, maka kondisi material ini pada gilirannya adalah produk dari praktek sosial manusia.
Dilampauinya idealisme historis kuno (bahwa 'gagasan, atau manusia mulia adalah yang membuat sejarah') dan materialisme mekanis kuno (bahwa 'orang adalah produk lingkungan') ada dalamsatu jalan kelahiran Marxisme. Ini dimasukkan dalam 'Theses on Feuerbach' yang terkenal itu yang menyimpulkan The German Ideology oleh Marx dan Engels.
Pada lain hal, ini berarti bahwa hasil dari tiap jaman besar ledakan sosial dalam sejarah tetap tidak pasti. Ledakan itu bisa mengakibatkan kemenangan kelas revolusioner. Tapi ledakan itu dapat pula mengakibatkan terjadinya pembusukan timbal balik semua kelas fundamental dalam masyarakat yang ada, seperti kasus berakhirnya mode produksi kuno berbasis pada perbudakan. Sejarah bukanlah sejumlah total gerak maju yang linier. Banyak formasi sosial masa lalu yang telah hilang tanpa meninggalkan banyak jejak, terutama karena tiadanya atau lemahnya kelas revolusioner yang mampu mendesakkan suatu jalan untuk maju.
Fakta kemerosotan kapitalisme kontemporer tidak secara otomatis mengakibatkan kemenangan sosialisme. Kemerosotan itu bisa mengakibatkan tumbuhnya 'sosialisme atau barbarisme' bentuk lain. Sosialisme adalah keharusan sejarah yang memungkinkan suatu kebangkitan baru dalam kekuatan produksi yang konsisten dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer. Terutama dalam hal kebutuhan manusia, sosialisme akan membuka kemungkinan terpenuhinya kebutuhan, dengan kondisi yang menjamin mekarnya seluruh potensi manusia di tiap individu dan semua orang, tanpa menggoncang keseimbangan ekologis. Tapi apa yang dibutuhkan tidak berarti sama dengan apa yang dicapai. Hanya tindakan yang sadar dan revolusioner dari proletariat yang dapat menjamin kemenangan sosialisme. Sedangkan potensi produktif yang begitu besar dari teknologi dan ilmu pengetahuan kontemporer akan mulai menggunakan suatu bentuk kemajuan yang lebih destruktif terhadap peradaban, kebudayaan, kemanusiaan, alam dan, sederhananya, kehidupan di planet kita.
Jadi praktek sosial manusia menciptakan struktur sosial yang selanjutnya menyelubungi praktek sosial itu sendiri. Melalui praktek sosial revolusioner maka struktur yang itu juga dapat dilenyapkan. Marxisme itu determinis karena Marxisme menegaskan bahwa kebangkitan ini hanya bisa mengambil bentuk yang tertentu dan dalam jaman tertentu. Tidak mungkin untuk memperkenalkan kembali feodalisme atau komunisme dari komunitas autarkis kecil produsen-konsumen, pada basis kekuatan produktif kontemporer. Marxisme determinis karena Marxisme menekankan bahwa revolusi sosial yang progresif hanya mungkin jika prakondisi material dan kekuatan sosial yang memungkinkan penciptaan organisasi sosial yang lebih superior itu telah matang dalam masyarakat yang tua.
Tapi Marxisme tidak fatalistik, karena jelas Marxisme mempostulatkan bahwa datangnya masyarakat baru ini adalah produk tak tak terhindarkan dari matangnya kondisi sosial dan material yang memang dibutuhkan bagi kemunculan masyarakat tersebut. Datangnya masyarakat ini hanya dapat terjadi akibat dari hasil perjuangan diantara kekuatan sosial yang hidup. Dalam mengulasnya, pada akhirnya masyarakat ini adalah akibat dari tingkat keefektifan sosial dari aksi revolusioner. Pada gilirannya jika ini sebagian dikondisikan oleh lingkungan sosial dan keseimbangan kekuatan-kekuatan, maka aksi revolusioner dapat membalik, memecah atau mempercepat evolusi lingkungan dan keseimbangan kekuatan ini. Bahkan keseimbangan kekuatan yang nyata menguntungkan ini dapat dirusak oleh kelemahan subyektif di sisi kelas revolusionernya. Artinya, di jaman revolusi dan kontra revolusi kita ini, 'faktor subyektif sejarah' (kesadaran kelas dan kepemimpinan revolusioner proletariat) memainkan peran utama dalam menentukan hasil pertarungan besar kelas-kelas, dalam menentukan masa depan spesies manusia.
6. Keterasingan dan pembebasan
Selama beribu tahun manusia hidup dalam ketergantungan kuat pada kekuatan alam yang tak dapat dikendalikannya. Manusia hanya dapat mencoba menyesuaikan diri pada lingkungan pergaulan yang ada secara alamiah, masing-masing kelompok kecil manusia menyesuaikan diri pada kelompoknya sendiri. Manusia adalah yang terpenjara dalam suatu horison yang sempit dan terbatas, meskipun beberapa masyarakat primitif dapat mengembangkan potensi tertentu manusia dalam cara yang luar biasa (misalnya, lukisan paleolitik).
Dalam perkembangan kekuatan produksi yang bertahap, sedikit demi sedikit manusia mengatur dirinya untuk membalik hubungan ketergantungan absolut itu. Manusia makin lama makin berhasil menundukan kekuatan alam, mengendalikannya, menjinakannya, menggunakannya secara sadar untuk meningkatkan produksi, membuat variasi kebutuhan, mengembangkan potensi manusia dan memperluas hubungan sosial sehingga akhirnya merangkul dan mempersatukan sebagian manusia di tingkat dunia.
Tapi makin banyak orang membebaskan dirinya sendiri dalam hubungannya dengan kekuatan alam, mereka makin mengasingkan diri dalam hubungannya dengan organisasi sosialnya sendiri. Ketika kekuatan produksi tumbuh, ketika produksi material mengalami kemajuan, ketika hubungan produksi menjadi hubungan dari suatu masyarakat yang terbagi dalam kelas-kelas, massa manusia tak lagi mengendalikan keseluruhan produksinya atau keseluruhan aktivitas produktifnya. Karenanya ia tak lagi mengontrol keberadaan sosialnya sendiri. Dalam masyarakat kapitalis kehilangan kendali semacam ini menjadi sepenuhnya. Setelah bebas dari penaklukan oleh kehendak alam, manusia kelihatan ditakdirkan untuk menjadi sasaran kehendak organisasi sosialnya sendiri. Bebas dari akibat banjir, gempa bumi, epidemi dan kekeringan, yang tak tertanggulangi, manusia kelihatan dikutuk untuk menerima akibat perang dan krisis ekonomi, kediktatoran berdarah dan penghancuran kekuatan produksi secara kriminal, bahkan kemungkinan perusakan oleh nuklir. Ketakutan akan perubahan besar tersebut saat ini telah menumbuhkan kecemasan lebih besar dari pada ketakutan akan kelaparan, sakit atau kematian seperti sebelumnya.
Tapi, perkembangan kekuatan produksi yang sama mengesankannya juga terjadi. Perkembangan kekuatan produksi yang mendorong keterasingan manusia sampai ke perbatasan dalam hubungannya dengan produksi dan masyarakatnya sendiri, di bawah kapitalisme juga menciptakan kemungkinan melakukan pembebasan manusia yang senyatanya, sebagaimana sudah kita tunjukan pada akhir bab 2. Kemungkinan ini harus dipahami dalam dua pengertian. Pertama, manusia akan lebih dan lebih lagi mampu mengendalikan dan menentukan perkembangan sosialnya demikian pula dengan pergolakan dalam lingkungan pergaulan alamiah yang sedang terjadi. Kedua, manusia akan semakin mampu mengembangkan secara penuh semua potensi perkembangan individual dan sosial, yang sebelumnya telah dicekik atau dirusak oleh ketidakmampuan mengendalikan kekuatan alam, organisasi sosal dan nasib sosialnya sendiri.
Pembangunan masyarakat tanpa kelas, dan kemudian menjadi masyarakat komunis, mengakibatkan terbebasnya buruh, terbebasnyamanusia sebagai produser. Pekerja menjadi penguasa atas produk-produk dan proses kerjanya sendiri. Mereka bebas memilih hal mana yang harus didahulukan dalam pembagian produk sosial. Mereka memutuskan secara kolektif dan demokratis aturan-aturan sehingga berbagai kebutuhan bisa dipenuhi, memutuskan prioritas produktif, pengorbanan waktu senggang dan konsumsi untuk masa sekarang, yang mana alokasi sumber-sumber akan memenuhinya.
Sudah tentu, pilihan-pilihan ini akan terus dibuat dalam kerangka pembatas tertentu. Tak ada masyarakat manusia dapat mengkonsumsi lebih dari yang diproduksinya tanpa mengurangi cadangan konsumsinya dan sumber produksinya serta memaksa diri mengurangi konsumsi masa sekarang untuk waktu kemudian, ketika kekurangan cadangan dan sumber produksi telah mencapai ambang pintu. Artinya, rumusan Frederick Engels yang menyatakan bahwa kebebasan adalah pengakuan atas kebutuhan tetap berlaku bahkan bagi manusia komunis. 'Mengendalikan kebutuhan' akan lebih tepat dari pada 'pengakuan kebutuhan', ketika kontrol manusia atas kondisi kehidupan alam dan sosial itu tumbuh, ketika jumlah tanggapan yang mungkin terhadap kondisi terbatas itu tumbuh, dan makin banyak manusia dapat membebaskan dirinya dari keharusan untuk memakai hanya satu jawaban permasalahan. Tapi ada dimensi kedua dalam hal tidakterasingnya manusia, yang memperbesar lingkaran kemerdekaan manusia secara luar biasa. Ketika semua kebutuhan dasar semua orang dipuaskan, ketika reproduksi dari keberlimpahan ini terjamin, maka usaha memecahkan masalah material berhenti menjadi prioritas bagi manusia. Manusia membebaskan dirinya dari pembudakan pada kerja mekanistik dan tidak kreatif. Manusia membebaskan dirinya dari perhitungan-perhitungan tentang bagaimana ia menggunakan waktu dengan hemat dan dari keharusan mencurahkan waktu tersebut terutama untuk produksi material. Perkembangan aktivitas kreatif, perkembangan individualitas manusia yang kaya, perkembangan hubungan manusia yang lebih luas lagi, semua ini menjadi prioritas mengambil alih tempat akumulasi konstan barang-barang material yang semakin tidak berguna.
Oleh karena itu praktek sosial revolusioner tidak hanya akan membuahng hubungan produksi. Praktek itu akan merubah semua organisasi sosial, semua kebiasaan, mental dan psikologi manusia yang tradisional. Egoisme material dan semangat persaingan yang agresif akan melenyap karena tak adanya suntikan untuk itu dalam pengalaman sehari-hari.
Manusia akan menguasai lingkungan geografis sekelilingnya, konfigurasi globe, iklim dan distribusi cadangan air, yang pada saat itu juga menjaga dan membangun kembali keseimbangan ekologis. Manusia akan mengembalikan segala sesuatunya pada dasar biologisnya sendiri. Manusia tidak dapat mencapai segala tuntutan ini dengan cara yang mutlak sukarela, mandiri dari segala persyaratan dan infrastruktur material yang memadai. Tetapi sekali infrastruktur ini terjamin, maka manusia aktif, dengan lebih dan lebih bebas menentukan pilihan, yang akan menjadi pembangkit prinsipil bagi usaha menciptakan orang yang baru, komunis yang bebas dan tak terasing. Hanya dalam pengertian ini maka menjadi benar bicara tentang kehumanisan komunis dan Marxisme.
0 komentar: