inti sari pemikiran para filsuf (1)

Thales (+ 585 SM)

• “Segala sesuatu penuh dengan dewa” (kosmologi naturalistik)
• “air adalah prinsip pertama (kesatuan/monistik di balik keberagaman dunia)

Anaximander (+ 611-546 SM), pendiri astonomi

• metafisikawan monistik naturalistik.
• Substansi pertama adalah “Yang Tak Terbatas”: sebuah kesatuan primitif semua substansi.

Pythagoras (580-500 SM), pendiri komunitas persaudaraan rahasia.

• Kunci pemahaman tentang semesta terletak pada angka-angka, karena segala sesuatu adalah angka.

Buddha, Sidharta Gautama (+563-483), pendiri agama dan filsafat Buddha.

• Empat Kebenaran Mulia:
• Hidup adalah penderitaan
• Sebab dari penderitaan adalah kehendak dan kelekatan, yang darinya muncul ego
• Penderitaan dapat diatasi dengan memutuskan tali kelekatan,
• Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti Delapan Jalan.
• Segala sesuatu saling berhubungan dan dalam keadaan mengalir.

Lao Tse (sekitar abad ke-6 SM), pendiri Taoisme

• Menekankan kesederhanaan dan keselarasan irama alam semesta
• Kebahagiaan hanya diperoleh dengan kehidupan yang selaras dengan Tao, yang merupakan sumber impersonal segala sesuatu, sekaligus alam yang berubah secara spontan.
• Berjasa atas ide-ide pokok Tao Te Ching (Jalan Kehidupan)

Socrates (470-399 SM)

• Muak akan barang-baang material dan paham umum tentang kehidupan yang sukses, ia mencari sophia, filsafat.
• Meskipun menyatakan hanya mengetahui satu hal (bahwa ia tidak tahu apa-apa), namun ia sangat disegani dalam perdebatan karena cecaran pertanyaannya terhadap orang-orang yang merasa dirinya serba tahu dan karena kemampuannya mematahkan argumen-argumen retoris dan cacat.

Demokritus (+ 460-370 SM), pendiri atomisme Yunani.

• Segala sesuatu yang ada terdiri dari ruang dan partikel-partikel kecil yang tak terhingga jumlahnya, tak terbagi, dan bersifat material, yang dinamakan ‘atom’.
• Perbedaan benda-benda merupakan perbedaan bentuk, gerakan dan kedudukan dari atom-atomnya.
• Materi bersifat abadi dan energi tersimpan dalam sistem

Plato (429-437 SM), pendidi sekolah filsafat Akademia di Athena

• Kenyataan terdiri dari dua lapisan: dunia jasmani yang senantiasa berubah serta tidak dapat diketahu, dan dunia akali atau Dunia Ide/Forma yang abadi, tidak berubah, dan dapat diketahui.
• Tujuan filsuf: mencapai dunia kedua untuk memperoleh pengetahuan mengenai pengada-pengada seperti forma segi tiga, keindahan (yang dipertentangkan dengan tiruan-tiruan duniawinya dari forma tersebut), dan keadilan (yang bertentangan dengan sistem yang tidak sempurna seperti salah satunya yang menjatuhkan hukuman pada Sokrates).

Aristoteles (384-322 SM), pendiri sekolah filsafat Lyceum.

• Sangat peka terhadap perkembangan historis ide-ide, khususnya mengenai akal sehat, dan berusaha menghindari pola-pola yang ekstrem dalam filsafat.
• Raksasa pemikir Barat, menguasai sekaligus mengembangkan sebagian besar cabang ilmu pengetahuan pada zamannya dan juga meninggalkan pengaruh yang berkelanjutan dalam filsafat maupun sains.
• Ilmu logikanya masih diajarkan di universitas-universitas pada zaman kita ini.
• Dalam metafisikanya ia menolak pemisahan forma-forma Plato, dan terkenal dengan analisisnya terhadap materia (forma), potensialitas, substansi, dunia teleologisnya secara umum, yang pengaruhnya masih sangat terasa dewasa ini.
• Dalam etika dan filsafat sosial, ia dikenal karena mempertahankan ajaran tentang “posisi tengah-tengah” dalam perbuatan manusia (di mana, misalnya, keberanian merupakan jalan tengah yang dipilih antara kenekatan dan kepengecutan), analisisnya tentang keutamaan dan tanggung jawab moral, serta tekanannya terhadap pentingnya situasi khusus di mana, tegasnya, “keputusan terletak pada persepsi”.


Epicurus (341-270 SM), pendiri aliran Epicurianisme

• Epicurianisme sebagai suatu cara hidup menempatkan kesenangan sebagai tujuan utama manusia, namun menganjurkan pencapaian kesenangan yang maksimal dan penderitaan yang seminimal mungkin dengan jalan menekan keinginan-keinginan yang ‘tidak perlu’, membangun persahabatan, dan menghilangkan ketakutan terhadap dewa-dewa maupun kematian.

Marcus Tulius Cicero (106-43 SM), orator dan negarawan Romawi yang memiliki minat besar terhadap filsafat.

• Dalam teori politiknya, ia dikenal dengankeyakinannya akan hak asasi manusia dan persaudaraan antarmanusia
• Dalam bidang etika, ia tertarik pada ajaran Stoa.

Lucretius (+ 99 –55 SM), penyebar ajaran atomisme Epicurus.

• Menembangkan dan menyebarkan ajaran atomisme Epicurus.
• Mengikuti Epicurus dalam materialisme tanpa syarat, dan bahkan lebih jauh lagi menolak agama dengan segala kejahatan yang dihasilkannya.

Marcus Aurelius (121-180), kaisar Romawi 161-180

• Satu-satunya karyanya: kumpulan aphorisme (ungkapan-ungkapan bijak) dan refleksi yang secara umum mengindikasikan adanya pengaruh Epi tetus yang bernada Stoa.
• Beberapa di antara ajaran paling penting: rasa cukup diri individu menghadapi permusuhan, semesta dan kewjiban menjalankan tugas.

Plotinus (205-270), neo-Platonis terbesar

• Ia meyakini bahwa realitas ini muncul dari sumber yang besifat transenden dan tak terlukiskan, yang dinamakannya Yang Esa. Yang Eas melampaui ada, namun segala sesuatu muncul dari Yang Esa melalui emanasi.
• Emanasi pertama adalah akal (Nous), yang kedua adalah Jiwa-Dunia yang darinya jiwa-jiwa manusia muncul. Emanasi ketiga adalah materi.

Agustinus (354-430), filsuf besar Kristen pertama

• Allah sebagai Pengada Tertinggi yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan; bahkan waktu pun belum ada sebelum penciptaan.
• Kejahatan tidak diciptakan oleh allah, karena pada hakikatnya kejahatan itu tidak nyata.
• Pengetahuan manusia hanya dapat terjadi melalui pencerahan budi, namun semenjak jatuhnya Adam, manusia hanya dapat bebas dari dosa jika rahmat Allah memulihkan kekuatan untuk melakukan kebaikan.

Anselmus (1033), pengikut tradisi Agustinian

• Ia dikenal sebagai perumus “argumentasi ontologis” tentang keberadaan Allah.
• Argumennya diawali dengan definisi Allah sebagai “Pengada terbesar yang dapat dipahami” dan menyimpulkan bahwa pengada semacam ini harus ada; kalau tidak, mungkin saja untuk berpikir adanya pengada lebih besar lainnya – yaitu yang benar-benar ada.
• Argumen ini dengan mengikuti tradisi Neo-Platonis, mengasumsikan bahwa kesempurnaan absolut memuat eksistensi.

Thomas Aquinas (1225-1274), pemikir terpenting Abad Pertengahan.

• Mencoba membangun sintesis antara filsafat Aristotelian dan pemikiran kristen di mana kebenaran-kebenaran iman dan kebenaran-kebenaran rasio saling melengkapi dan mendukung.
• Ia sangat dikenal dengan “lima jalan” untuk membuktikan adanya Allah
• Dalam metafisika, Aquinas membedakan secara tajam antara essensi sebuah benda (apa-nya) dan eksistensinya (kenyataan bahwa ada). Ia meyakini bahwa hukum-hukum manusia harus didasarnya pada hukum abadi, aturan-aturan yang denannya Budi Ilahi mengatur alam semesta.

John Duns Scotus (1266-1308)

• Iamenekankan keungulan kehendak (x Aquinas), daik dalam diri allah maupun manusia.
• Melalui budi manusia mampu membuktikan keberaan Allah sekaligus mengetahui sifat-sifat-Nya tanpa harus menggunakan analogi-analogi.
• Budi tidak mampu menjelaskan maksud Allah dan keabadian jiwa.
• Aturan dan tatanan etis tidaklah baik secara intrinsik, melainkan baik karena dikehendaki oleh allah.

0 komentar:

Posting Komentar