inti sari pemikiran para filsuf (2)
William Ockham (1285-1349), ahli logika
-Terkenal karena penerapannya secara luas dan kadangkala heretik terhadap apa yang dinamakannya “pisau cukur Ockham”: prinsip bahwa apa yang dapat dijelaskan dengan prinsip yang lebih sedikit tidak perlu lagi dijelaskan dengan prinsip yang lebih banyak.
-Membela nominalisme, yakni pandangan bahwa sifat-sifat universal semacam kelurusan dan kebaikan bukanlah essensi suatu substansi, melainkan sekadar nama-nama dari sifat yang mirip dengan substansi tersebut.
Francis Bacon (1561-1226)
-Menyatakan “pengetahuan adalah kuasa” dan mengkritik secara tajam teori-teori abstrak model Abad Pertengahan.
-Jalan menuju pengetahuan adalah melalui pengamatan alam dan dengan menerapkan metode induktif mdoelnya, yang terbukti sangat meremehkan pentingnya matematika dan perumusan hipotesis.
-Dalam mempelajari alam kita seirngkali disesatkan oleh ide-ide dan metode-metode yang salah yang ia namakan “berhala-berhala” Suku, gua, Pasar, dan Panggung.
-Pendiri Royal society, sebuah asosiasi ilmuwan yang paling bergengsi di Inggris dan yang pertama kali menekankan nilai pentingnya sains sebagai sbuah penyelidikan sistematis.
Thomas Hobbes (1588-1679)
-Hanya badanlah yang ada. Dan sifat utamanya adalah gerak.
-Pikiran adalah gerakan dalam badan dan dengan mengkaji gerakan badan, kita memahami kenyataan.
-Kadang ia juga disebut sebagai ‘bapak totalitarianisme modern’, karena Hobbes mengajarkan bahwa pada hakikatnya manusia memliki watak mementingkan diri, di mana secara teoretis ia hidup dalam keadaan ‘perang semua melawan semua’ hingga mereka memasuki masyarakat sipil melalui kontrak sosial.
-Penguasa yang menegakkan kontrak tersebut tidak terikat dalam kontrak, dan agama harus di bawah kontrol negara.
René Descartes (1638-1715)
-Rasionalis Perancis.
-Berusaha mengembangkan metode filsafat yang menjamin pengetahuan yang paling pasti secara mutlak tentang dunia
-Menyatakan bahwa cogito ergo sum adalah prinsip filsafat yang paling pasti dan digunakan sebagai dasar untuk mempertahankan dualisme dan interaksionisme.
Benedict Spinoza (1632-1677)
-Mencari kepastian dengan menggunakan metode filsafat ‘geometris’ (mulai dengan kebenaran-kebenaran yang jelas/pasti dan kemudian menyimpulkan secara absolut teorema-teorema tertentu dari kebenaran-kebenaran tsb.)
-Menerima monisme dan panteisme
-Hanya Allah yang bebas.
-Allah mempunyai dua hakikat/ sifat yang terpisah – pikiran dan keluasan – yang berjalan secara paralel.
-Menerima etika teleologis dan mempertahankan bahwa kebaikan tertinggi bagi manusia adalah mengetahui tempatnya sendiri di dalam semesta ini.
John Locke (1632-1704)
-Akal budi hanya mampu mengetahui ide-idenya sendiri.
-Pada saat kelahiran, akal manusia sepert ‘papan kosong’ yang belum terisi ide apa pun.
-Dengan menggunakan metode historis sederhana, ia mencoba melacak semua ide sampai pada sumbernya dalam sensasi (pengalaman akan dunia materiil)
-Pembela demokrasi yang gigih dan pokok-pokok pikiran politisnya tertuang dalam Konstitusi dan Deklarasi Kemerdekaan Amerika.
Nicolas Malebranche (1638-1715)
-Rasionalis Perancis, yang mencoba mensintesiskan filsafat Descartes dan Agustinus.
-Menerima dualisme tetapi menolak interaksionisme, serta mendukung paralelisme psiko-fisik.
-Akal budi tidak dapat melihat adanya hubungan niscara antara sebab dan akibat dalam peristiwa alamiah, karena Allahlah sebab yang sebenarnya dari segala sesuatu.
-Sebab-sebab alamiah bukan sebab sebenarnya, melainkan hanyalah ‘kesempatan’ bagi aktivitas kausal Allah.
Gottfried Leibniz (1646-1716)
-Rasionalis Jerman yang mencoba mendamaikan teleologi dan mekanisme.
-Kenyataan teridiri dari monad-monad (unit-unit kekuatan) yang tak terhingga jumlahnya, yang ‘tanpa jendela’, ‘cermin yang hidup’.
-Monad-monad bertindak karena sebab-sebab internal, dan sebab finalnya adalah prinsip dasar memadai (Allah dan Kehendak-Nya untuk menciptakan dunia yang terbaik dari segala kemungkinan.
George Berkeley (1685-1753), empiris dan idealis subjektif
-Dengan menyatakan esse est percipi, ia meyakini bahwa objek persepsi bukanlah substansi material,melainkan ‘ide-ide’ atau kumplan seensasi yang tidak mungkin ada tanpa dipersepsi
-Ide-ide yang dipersepsi adalah persepsi yang dalam budi Allah dikomunikasikan kepada kita.
François-Marie Arouet De Voltaire (1694-1778)
-Filsuf dan novelis Perancis yang kerap diidentikkan dengan Pencerahan
-Ia diingat hingga zaman ini, terutama karena serangannnya terhadap optimisme filosofis, terutama pernyataan Leibniz bahwa dunia ini adalah “dunia terbaik yang mungkin ada”.
-Ia juga dikenal karena serangannya yang melecehkan gerja katolik, hirarki, doktrin-doktrin kristen, fanatisme, serta karena kampanyenya yang menuntut reformasi sosial dan yuridis.
-Dia seorang deis, yang membela adanya Allah, yang membuat dunia dengan tujuan tertentu.
-Ia mempercayai adanya rahmat umum, dan menekankan doa tidak mengubah hukum alam yang abadi, tidak menolak derita.
David Hume (1711-1776)
-Empirisis dan skeptis Skotlandia.
-Semua ide berasal dari kesan
-Tidak ada kesan mengenai sebab dan akibat, maka tidak memiliki pembenaran rasional untuk menyuimpulkan bahwa masa depan akan seperti masa lampau.
-Tidak ada kesan terhadap diri, tidak dapat membuktikan keberadaan Allah.
Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
-Filsuf, ahli teori politik, dan novelis, yang membandingkan antara artifisialitas, kemunafikan, dan penipuan masyarakat pada zaman itu dengan keutamaan, kesederhanaan, dan kepolosan primitif orang-orang biadap yang luhur.
-Masyarakat sering kali sekadar untuk memperoleh kebebasan dengan cara menerima belenggu, yangmenukar ketidakadilan moral dan politik dengan ketidakadilan fisik atau natural.
-Dalam kontrak sosial, idealnya semua anggota masyarakat mengalihkan seluruh haknya kepada komunitas atau ‘kehendak umum’, suatu kehendak bersama guna menjaga pemeliharaan dan kesejahteraan dari keseluruhan dan masing-masing bagiannya. Aktivitas yang sesuai dengan kehendak inilah yang dapat disebut sebagai adil.
Immanuel Kant (1724-1804)
-Filsuf Jerman yang membuat sintesis antara rasionalisme dan empirisisme.
-Akal budi aktif dalam persepsi dan tindakan tersebut membantu membentuk dunia yang kita alami dan ketahui.
-Benda-benada adlaam dirinya sendiri, terlepas dari pengalaman, tidak dapat diketahui
-Dalam bidang etika, Kant adalah seorang deontolog yang meyakini bahwa kewajiban kita adalah menaati prinsip-prinsip yang secara universal dapat diterapkan kepada semua pengada rasional tanpa kontradiksi.
0 komentar: