Logika Dialektis (2)
MATERIALISME DIALEKTIK
1. Latar belakang sejarah Materialisme Dialektik
Sebagaimana kita telah ketahui, bahwa materialisme dialektik bersumber pada filsafat kelasik Jerman abad ke 19, atau dengan perkataan lain Materialisme dialektik (MD) merupakan pengembangan lebih lanjut dari filsafat kelasik jerman itu. Fisafat kelasik jerman merupakan filsafat yang paling maju di Eropa pada waktu itu. Mengapa tidak di Inggris atau Perancis yang tingkat perkembangan masyarakatnya jauh lebih maju dari pada di Jerman. Ini tentu bukan hal yang kebetulan.
Pada abad ke 19, kapitalisme mulai berkembang di Jerman, kaum borjuis Jerman berada di telapak kaki kekuasaan feodal Kaum Jongker. Sedang di Inggrris dan Perancis, kapitalisme sudah berkembang maju, dan borjuasinya sudah berhasil menumbangkan kekuasaan feodal, borjuis Jerman membutuhkan sebuah filsafat sebagai sebuah senjata ideologis yang mampu memberikan bimbingan dan pimpinan dalam perjuangan itu. Filsafat kelasik Jerman abad ke 19 itu justru merupakan proses perkembangan dari perjuangannya untuk mendapatkan senjata ideologi itu. Pada batas-batas tertentu perjuangan kelas antara kaum feodal dan kaum borjuis lebih berat daripada apa yang terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis, karena baik kaum feodal yang berkuasa, maupun kaum borjuis yang berkuasa di Jerman, masing-masing telah dapat menarik pelajaran dari pengalaman sejarah, pengalaman perjuangan kelas, dari negeri-negeri tersebut. Sementara itu perkembangan kapitalisme secara tak terhindarkan melahirkan suatu kelas baru, yaitu kelas pekerja, kelas proletar yang makin tumbuh membesar dan kuat, sebagai musuh utama kelas borjuis dalam masyarakat kapitalis. Gerakan kaum buruh yang sudah mulai bangkit di Inggris, Perancis dsb., juga mempengaruhi alam pikiran kaum borjuis Jerman.
Sudah tentu di samping itu semua, ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang dengan pesat, karena dorongan perkembangan kapitalisme saat itu, yang ikut mempengaruhi perkembangan dunia pikiran dan filsafat. Dalam situasi demikian, kaum borjuis Jerman di satu pihak berkepentingan menumbangkan kekuasaan feodal untuk mengembangkan kapitalisme, sedang di pihak lain mereka juga mengkuatirkan ancaman kebangkitan gerakan kelas proletar, sehingga hal ini menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Ini tercermin dalam filsafat kelasik jerman pada abad 19 waktu itu, mulai dari filsafat dualisme Kant yang kompromis, filsafat Hegel yang dialektik tapi idealis, sampai ke filsafat Feuerbach yang materialis tapi mekanis dan tak konsekwen.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tokoh-tokoh yang sangat erat hubungannya dengan kelahiran materialisme dealektik adalah Hegel dan Feuerbach. Hegel berjasa dalam mensistimatisir pikiran-pikiran dialektis yang terdapat sepanjang sejarah filsafat, ini yang menunjukkan bagian progresip dari filsafatnya, tapi dialektika Hegel itu berdasarkan idealisme, yang menunjukkan segi yang reaksioner dari filsafatnya. Menurut Hegel, gejala alam dan sosial adalah perwujudan dari 'ide absolut yang senantiasa bergerak dan berkembang. Marx berpendapat bahwa dialektika Hegel itu berjalan dengan kaki di atas dan kepala di bawah.
Filsafat Feuerbach adalah filsafat materialis mekanis yang pernah menjadi senjata ideologis kaum borjuis Perancis dalam revolusi abad 18. Sungguhpun demikian, adalah juga feuerbach yang berani menghidupkan kembali materialisme dan mengibarkan tinggi-tinggi di tengah lautan idealisme yng menguasai seluru Eropa pada abad itu. Dengan materialisme yang terbatas, Feuerbach mengkritik agama Katholik yang berkuasa pada saat itu, karena mereka tak lebih dari anjing penjilat dan alat negara kerajaan pada saat itu, dan hendak mendirikan sebuah agama baru di atas bumi yang nyata, bukan di awang-awang. Ini justru menunjukkan ketidak konskwenan pandangan materialisme Feuerbach.
Marx secara kritis mengubah dialektika Hegel yang idealis menjadi Materialis, dan materialisme Feuerbach yang mekanis (non-dialektis) menjadi dialektis. Dengan demikian terciptalah suatu sistim filsafat materialisme dialektik.
Berdasarkan sistim filasafat materialisme dialektik, marx mengadakan penyelidikan dalam bidang sejarah, menelaah sejarah perkembangan masyarakat manusia, maka lahirlah apa yang dikenal Materialime Historis atau pandangan sejarah materialis. Menurut materialisme historis Marx, masyarakat berkembang menurut hukum-hukumnya dan tidak dapat ditentukan oleh ide atau kehendak seseorang atau golongan, dan menurut hukum-hukum perkembangan masyarakat yang objektip ini, terutama hukum yang menguasai masyarakat kapitalis, Marx menyimpulkan, bahwa masyarakat kapitalis pasti akan tumbang dan akan diganti oleh masyarakat yang lebih maju. Ini adalah suatu keharusan sejarah. Dan keharusan sejarah ini akan diwujudkan dan hanya dapat diwujudkan oleh kelas pekerja, proletariat. Kelas pekerja yang paling banyak dan paling tertindas itu telah mendapatkan filsafatnya sebagai senjata ideologis yaitu materialisme dialektika. Dan materialisme dialektika mendapatkan kekuatan realnya pada Kelas pekerja.
2. Dunia kenyataan objektip adalah material
Sama seperti filsafat materialis lainnya, materialisme dialektik pertama-tama mengakui, bahwa materi atau keadaan (being) adalah primer dan idea atau pikiran itu adalah sekunder. Materi yang dimaksudkan di sini tidak berarti hanya benda tapi segala sesuatu yang adanya secara nyata (riil), yang dapat ditangkap oleh indera, dilihat, dibaui, didengar, diraba dan dirasakan. Selain itu yang lebih penting bahwa materialisme dialektik mengakui materi atau kenyataan objektip itu berada di luar kesadaran subjektip, artinya adanya suatu materi itu tidak ditentukan oleh kesadaran atau pengetahuan kita.
Misal, adanya pengaruh resesi dunia kapitalis dalam kehidupan ekonomi kita, kita sadari atau tidak kenyataan itu tetap ada. Ada sementara orang yang hanya mau mengakui suatu hal sebagai suatu kenyataan apabila sudah ia sadari, dengan kata lain ada atau tidak adanya suatu kenyataan itu ditentukan oleh kesadaran subjektif. Inilah pandangan idealisme subjektif. Sering secara tidak sadar tergelincir kedalam pandangan yang demikian, hingga jatuh dalam jurang subjektivisme.
Dasar material dari pendirian kita bahwa idea atau pikiran itu sekunder adalah sebagai berikut:
1. Suatu ide atau pikiran mesti dilahirkan oleh suatu materi yang dinamakan otak, tanpa otak tak akan ada idea atau pikiran.
2. Menurut isinya, suatu idea mesti merupakan suatu pencerminan dari suatu kenyatan objektip atau materi, sekalipun betapa abstraknya materi itu, misalnya ide masyarakat adil makmur, adalah pencerminan yang berpangkal dari suatu kenyataan masyarakat yang serba tidak adil dan miskin, hingga menimbulkan angan atau cita-cita akan sebuah masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya seperti sebuah cermin atau alat pemotret yang dapat mencerminkan objek sebagaimana adanya, tapi dapat juga mengembangkannya lebih jauh; menghubungkan, membandingkan dengan kenyataan-kenyataan lain lalu menarik kesimpulan atau keputusan, hingga melahirkan suatu idea untuk merubah kenyataan itu. Peranan aktif ide ini mendapatkan tempat yang sangat penting dalam pandangan materialisme dialektik, karena motif berpikir kita pada umumnya untuk memecahkan persoalan atau mengubah kenyataan, dan tidak hanya sekedar mencerminkan kenyataan begitu saja.
Meskipun demikian, ide itu sendiri tidak dapat secara langsung mengubah kenyataan atau keadaan, dan untuk dapat mewujudkannya ide memerlukan dukungan kekuatan material. Dan seterusnya kekuatan material inilah yang secara kongkrit mengubah kenyataan atau keadaan itu, Gagasan Indonesia tidak akan dapat menjadi kenyataan apabila tak dapat menghimpun dan menggerakkan Rakyat Indonesia untuk mewujudkannya. Kegunaaan praktis dari prinsip pertama filsafat materialisme dialektik adalah, bahwa dalam menghadapi suatu persoalan kita harus bertolak dari kenyataan objektif sebagaiman adanya, bukan dari dugaan atau pikiran subjektif kita. Dan dengan pengetahuan kita yang lengkap mengenai kenyataan itu kita baru dapat menyusun suatu ide atau cara yang tepat untuk pemecahannya.
3. Dunia kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik
Dunia materiil atau kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik, artinya setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak berdiri sendirian, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti tubuh kita, setiap bagian badan mempunyai saling hubungan dengan bagian badan lainnya secara tak terpisah.
Oleh karena itu, sebuah gejala dapat dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannya dengan keadaan-keadaan yang tak terpisahkan dengan gejala-gejala di sekelilingnya, sebagai gejala-gejala yang ditentukan oleh gejala-gejala di sekitarnya. Pertumbuhan padi hanya dapat dimengerti hanya bila kita mengetahui saling hubungannya dengan keadaan tanah, air, dan matahari dsb. yang ada di sekitarnya; di samping keadaan saling hubungan antara bagian-bagian dari pohon padi tadi yaitu, akar, batang, daun, dsb. Saling hubungan antara gejala-gejala di sekitar kita itu banyak corak dan ragamnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung; ada saling hubungan yang penting dan yang tak penting; ada saling hubungan keharusan dan kebetulan dsb. Semua harus dipelajari dan dapat dibedakan. Terutama saling hubungan keharusan dan yang kebetulan. Salah satu bentuk saling hubungan kausal atau sebab-akibat. Dan kita hanya dapat memahami sesuatu hal apabila kita mengetahui sebab dan syarat-syarat serta faktor yang melahirkan hal-hal tersebut.
Dengan mengenal baik saling hubungan internal suatu hal-ikhawal, serta saling hubungannya dengan keadaan sekeliling (ekstern), kita tidak hanya dapat memahami sifat dan kualitas nya, tapi juga dapat mengetahui hukum-hukum yang menguasai perkembangannya. Dengan mengenal baik saling hubungan antar kelas yang barada dalam masyarakat kita serta hubungannya dengan dunia sekitar sebagai keseluruhan, kita dapat memahaami watak masyarakat kita. Materialisme dialektika memandang suatu hal ikhwal tidak secara terpisah dari hubungannya dengan keadaan sekitarnya. Supaya kita saling mengenal baik saling hubungan kenyataan di sekitarnya. sehingga kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya. Dan hanya berdasarkan hukum-hukum yang kita ketahui, kita dapat mengubah hal ikhwal tersebut.
4. Dunia kenyataan objektip senantiasa bergerak dan berkembang
Materialisme dialektis selanjutnya menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan objektip itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan diam atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena kekuatan di dalamnya serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya dalam keadaan seimbang. Misalnya air dalam satu panci, dalam keadaan temperatur dan tekanan udara yang bias, nampaknya diam, padahal molukel-molukel air itu dalam keadaan bergerak, hanya saja dalam kecepatan yang rendah dan stabil, dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Demikian juga kekuatan-kekuatan antara air dengan dinding-dinding panci itu, tapi setelah panci dipanasi maka gerakan-gerakan molukel air makin cepat hingga makin nampak geraknya, akhirnya sampai pada 100 derajat celsius. Pecahlah keseimbangan mereka hingga air berubah menjadi uap dan meninggalkan panci tersebut.
Materialisme dialektika tidak hanya berpendapat, bahwa materi itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang, tapi juga berpendapat bahwa gerak materi itu adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh kekuatan di luarnya. Gerak bumi kita adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh "gerak pertama", sebagaimana yang dikemukakan Newton, Yang pada hakekatnyanya adalah pandangan idealisme --"gerak pertama" itu digerakkan Tuhan.
Materialisme dialektika lebih lanjut menjelaskan. bahwa gerak materi banyak ragamnya, tidak terbatas pada gerak mekanis saja, yang hanya membawa perubahan kuantitas, juga bukan gerak lingkaran setan atau gerak berulang-ulang yang tetap. Setiap materi mempunyai bentuk gerakan sendiri. Berpikirpun merupakan suatu gerak dari materi tertentu yang kita sebut otak. Sungguhpun gerak mempunyai banyak bentuk, mereka pada umumnya berada dalam proses perkembangan "tumbuh, hilang berganti"di mana sesuatu itu senantiasa timbul dan berkembang, dan sesuatu itu senantiasa rontok dan mati; senantiasa dalam 'gerak yang maju dan naik', sebagai peralihan dari keadaaan kualitatif yang lama ke kualitatif yang baru, perkembangan dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang rendah ke yang lebih tinggi.
Materialisme dialektik juga menjelaskan bahwa gerak materi itu tidak tergantung atau ditentukan oleh keinginan atau kehendak subjektif manusia, melainkan menurut hukum-hukum yang menguasainya. Setiap hal yang khusus mempunyai hukum-hukum gerak yang khusus. Hukum perkembangan dunia tumbuhan berlainan dengan hewan; hukum perkembangan masyarakat desa berlainan dengan yang di kota. Hukum-hukum gerak itu disebut hukum dialektika. Di samping hukum-hukum dialektika yang berlaku khusus dari hal-hal yang khusus, sudah tentu juga ada hukum-hukum yang berlaku umum, yang berlaku buat semua hal. Prinsip-prinsip dialektika secara praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke depan, jangan selalu ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau kekuatan yang sedang tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang lapuk atau mati. Dengan kata lain, supaya kita selalu berpandangan progresip revolusioner.
0 komentar: